Rabu, 08 Juni 2011

Kesamaan Fenomena Ulat Bulu dan Marzuki Alie

Pada hari Sabtu, 26 Maret 2011 yang lalu, warga di sepuluh desa di kecamatan Lece, Probolinggo mengalami serangan ulat bulu yang semakin meluas. Jika sebelumnya hanya di dua kecamatan, kini merambah ke satu kecamatan lain. Sebelumnya hujan ulat bulu hanya terjadi di 11 desa di dua yakni Lece dan Tegal Siwalan. Kini, hama ulat sudah menyebar ke Desa Kedung Lo, Kecamatan Bantaran. Fenomena ulat bulu yang menyeberang di seluruh kepulauan di Indonesia menimbulkan pertanyaan sendiri. Apakah ini sebuah peringatan dari Tuhan YME kepada Indonesia? Terutama kepada para wakil rakyat?

Ulat bulu adalah binatang yang masuk dalam kategori hama yang merugikan, selain memakan tanaman, kehadiran ulat bulu kerap kali membuat kita takut dan kesal karena bulu yang begitu halus dapat membuat kita dibuat gatal bahkan bengkak bagi yang memiliki jenis kulit yang sensitif.

Namun dilain sisi, ulat bulu dapat berubah menjadi binatang yang indah dan disukai banyak orang dan dapat menjadi berguna kembali bagi tumbuhan dalam membantu proses penyerbukan, jika ulat bulu tersebut telah melewati masa metamorfosis setelah menjadi kepompong lalu berubah menjadi kupu-kupu yang indah.

Lalu apa kesamaannya dengan Marzuki Alie?
Belakangan ini sosok Marzuki Alie yang merupakan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menjadi fenomena yang sering dibicarakan oleh masyarakat Indonesia, terkait dengan pernyataannya yang dinilai membuat hati rakyat Indonesia terluka oleh pernyataan-pernyataannya dan dianggap membuat gatal karenanya.

Rabu 27 Oktober 2010, Marzuki mengatakan kepada masyarakat di Mentawai "Takut tsunami, jangan tinggal di pulau, ya pulau kesapu sama ombak besar kesapu tsunami mungkin konsekuensi orang yang tinggal di pulau,"

Kemudian pada hari Sabtu tanggal 26 Februari 2011 dia pun mengeluarkan pernyataan terkait tentang Pembantu Rumah Tangga yang menjadi TKW, "PRT TKW itu membuat citra Indonesia buruk," dan dikatakan juga "Ada yang tidak bisa membedakan cairan setrika. Akhirnya menggosok baju seenaknya. Makanya majikannya marah. Wajar saja itu setrika menempel di tubuh pembantu," dalam diskusi yang digelar Kompas di Plaza Senayan, Jalan Asia Afrika, Jakarta Pusat.

Lalu baru-baru ini terkait polemik pembangunan gedung baru DPR yang di perkirakan menelan dana sebesar Rp 1,2 triliun, lagi-lagi politisi asal Partai Demokrat tersebut menghina rakyat kecil di Indonesia. Dia menudah rakyat hanya tahu soal perut, dan tak pantas ikut membicarakan rencana pembangunan gedung DPR, karena hal itu adalah pekerjaan kaum elite. "Ini cuma orang-orang yang elite yang paham yang bisa membahas ini, rakyat biasa nggak bisa dibawa. Kalau rakyat biasa dibawa memikirkan bagamana perbaikian sistem, bagaimana perbaikan organisasi, bagaimana perbaikan infrastruktur, rakyat biasa pusing pikirannya,"

Seandainya Marsuki Alie mau memasuki tahap metaorfosis (merenung) menjadi kepompong, pasti kemudian akan menyadari (menjadi Kupu-kupu yang indah dan berguna) bagi seluruh rakyat Indonesia melihat kapasitasnya sebagai pucuk pimpinan di lembaga DPR yang merupakan lembaga wakil amanah rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar